Total Tayangan Halaman

Minggu, 28 November 2010

Peran Operator dalam memajukan pendidikan dan perekonomian di daerah pinggiran kota dan pedalaman

Ketika Solikin mengenal hp dan intenet


Sebagimana anak desa pada umumnya setiap pulang sekolah dan bermain dengan teman-teman sebayanya Solikin harus membantu orang tuanya mencari rumput.Maklum dia dilahirkan dari keluarga petani penggarap yang hidup dengan bercocok tanam dan beternak.Membantu orang tua untuk mencari rumput di sore hari adalah hal yang memang umum dilakukan oleh anak-anak di desa, tak terkecuali solikin yang masih duduk di bangku kelas 5 SD. Dan memang apa yang dialami sholikin adalah gambaran yang umum dijumpai penulis saat saya masih kecil hingga dewasa.
Namun seiring dengan perkembangan jaman,kondisi seperti itu telah banyak mengalami perubahan. Suatu pagi di hari minggu solikin menangis minta uang Rp 5.000 kepada orang tuanya untuk ke warnet. Orang tuanya yang buta huruf pun agak marah karena sebulan yang lalu solikin sudah mendapat hadiah dari orang tuanya berupa hp karena dia mampu mempertahankan rangking 1 di kelasnya. Dan dengan hp yang baru dia bisa berkomunikasi dengan kakak dan saudara-saudaranya yang merantau di sumatra. Berbagai informasi dan kejadian yang ada di desa bisa diinformasikan langsung ke saudaranya di perantauan, begitu juga sebaliknya. Ia pun mahir mengirim foto lewat MMS dan mencoba membuat akun Facebook untuk saling berkomentar dengan teman- teman di sekolahnya. Kakaknya yang berada di pelosok Sumatra pun mampu menginformasikan harga karet, dan kelapa sawit serta memberikan informasi perolehan panen kepada seorang pemilik lahan yang ada di Jawa,karena ia hanya penggarap.
Solikin adalah gambaran sosok anak-anak dipedesaan yang melek terhadap perkembangan teknologi dan informasi. Bagaimana tidak diusianya yang masih anak-anak ia sudah mulai mengenal internet dan juga hp sebagai alat komunikasi. Dia berusaha memecahkan soal-soal di bangku sekolah dengan mencari informasi di internet, dan mulai mengenal e-learning. Dan ternyata yang dialami Solikin juga dialami oleh anak-anakdi pedesaan pada saat ini. HandpPhone, akses internet sudah mulai mereka kenal sejak dini. Keadaan seperti ini memang berbeda jauh dengan jaman yang penulis alami saat masa kanak-kanak. Begitulah kondisi sekarang,kalau dulu kita hidup di desa sekarang kita hidup di dunia maya juga.
Gambaran diatas setidaknya memberikan ilustrasi yang jelas bahwa keberadaan perangkat komunikasi telah banyak dikenal masyarakat dan menjadi suatu kebutuhan. Dan tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan operator seluler sangat berperan dalam memberikan kontribusi di bidang pendidikan dan perekonomian.
Dengan kondisi tersebut diharapkan operator seluler mampu memberikan tarif yang terjangkau masyarakat dan fitur-fitur yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Karena dengan fasilitas yang lengkap dan harga yang terjangkau diharapkan pelanggan tetap bertahan menjaga loyatitas.

Selasa, 16 November 2010

BAGAIMANA MENJAGA FUNGSI INTERMEDIASI BANK DI TENGAH KENAIKAN GWM


Mendekati penghujung tahun 2010 pemerintah melalui Bank Indonesia berusaha menjaga inflasi pada target yang telah ditentukan yaitu 5 % dengan kisaran plus minus 1 %. Untuk itu dalam rangka mendukung stabilitas moneter dan menyerap likuiditas yang berlebih akirnya diambil langkah bijak dengan menaikan Giro Wajib Minimum pada perbankan.
Kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) per tanggal 1 november 2010 dari 5 % menjadi 8 % berdasarkan PBI No 12/19/PBI/2010 tanggal 4 oktober 2010 banyak menimbulkan kekawatiran di lingkungan perbankan. Berbagai analisis dan kajian banyak merespon  negatif terhadap kenaikan GWM tersebut karena banyak dituding akan menyebabkan kenaikan biaya Cost of Fund  bagi bank sehingga mereka tidak mampu lagi mencetak Laba yang besar.Kekawatiran bankir untuk tidak bisa meraih laba yang besar pada tahun depan memang cukup beralasan karena dampak kenaikan GWM akan dirasakan dalam 4-6 bulan ke depan, karena bank harus menanggung beban biaya atas dana masyarakan yang telah dihimpun.
Namun kita tidak perlu pesimis untuk bisa memenuhi aturan Bank Indonesia atas kenaikan GWM tersebut. Ada beberapa strategi yang mesti dijalankan perbankan untuk bisa tetap eksis, beberapa hal yang patut kita cermati adalah :
-Menjaga porsi dana murah. Bank hendaknya mampu mengatur strategi untuk menjaga porsi dana murah yang seimbang, yaitu dengan mengurangi deposito yang selama ini merupakan dana mahal bagi bank dan menambah jumlah dana giro serta tabungan. Penambahan giro dapat dilakukan dengan aktif mengadakan kerjasama dengan instansi pemerintah, swasa dan perusahaan untuk dapat mempercayakan pengelolaan keuangan di bank.
-Menaikan LDR (Loan to Deposit Ratio) . Untuk menjaga funsi intermediasi yang seimbang dalam sebuah bank, diperlukan tingkat LDR yang baik. Sampai saat ini masih banyak bank yang masih memiliki LDR dibawah 70 % sehingga belum  mampu melakukan fungsi intermediasi dengan baik.
Guna mendorong pertumbuhan ekonomi, bank diharapkan mampu menaikkan LDR pada kisaran 70-100%. Disamping itu tetunya Laba yang diperoleh bank dengan kenaikan LDR akan mampu naik.
GWM bukanlah satu satunya factor mempengaruhi penyaluran kredit ,sehingga kenaikan GWM ditakutkan akan menurunkan laba, namun untuk mampu meraih laba yang besar tentunya kita tidak perlu menaikkan suku bunga pinjaman, karena BI rate pun pada posisi yang tetap bahkan kecenderungan turun karena masih dirasakan bahwa suku bunga pinjaman di Indonesia masih tinggi dibandingkan beberapa Negara lain di Asia. Tentunya  pemerintah pun berusaha menaikkan pertumbuhan ekonomi dengan memajukan sektor riil. Sehingga kebijakan yang bisa diambil adalah mempermudah pelaku usaha untuk mendapatkan pinjaman dari bank dengan suku bunga yang wajar.
Kedepan bank harus agresif menyalurkan kredit untuk menjaga LDR pada posisi yang seimbang agar fungsi intermediasi bank mampu berjalan. LDR pada kisaran 78-100 % diharapkan bank mampu menjaga fungsi intermediasi yang seimbang.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kontribusi pendapatan dari pinjaman adalah faktor utama yang mampu menaikkan laba, namun disisi lain bank seharusnya mampu memenuhi kebutuhan finansial nasabah.
            Seiring dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan nasabah, bank kini telah membuka pelayanan yang lebih luas yaitu sebagai tempat pembayaran PLN, Leasing sepeda motor, pembelian pulsa, jasa pengiriman uang (remittance). Dengan fleksibilitas yang mampu dijalankan oleh sebuah bank untuk memenuhi kebutuhan financial nasabah diharapkan bank mampu menjadi One Stop Shopping